

Jangan Sepelekan! Cara Jaga Mental Health Ayah
Des 15, 2025
Seringkali, sosok ayah digambarkan sebagai pribadi yang kuat, tegar, dan selalu jadi sandaran. Tapi tahu nggak sih kamu? Di balik peran sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, ayah juga rentan mengalami tekanan emosional dan stres. Sayangnya, pembicaraan mengenai kesehatan mental pria seringkali dianggap kurang penting atau bahkan tabu dibicarakan.
Penting bagi kita semua untuk menyadari bahwa menjaga kesehatan mental pria dan para ayah adalah hal yang sama pentingnya. Mental health issue bukan hanya isu yang dialami perempuan atau remaja, tapi juga mental pria. Yuk ketahui, bagaimana menjaga kesehatan pria secara mental!
Mengapa Mental Health Ayah Sering Terabaikan?

Sebelum membahas kesehatan mental bagi pria, ada beberapa alasan penting mengapa mental health para pria ini sering terabaikan, bahkan oleh diri mereka sendiri.
Adanya stigma bahwa ayah atau pria "harus kuat" adalah salah satunya. Stigma ini muncul dari budaya patriarki yang sering menuntut mental pria untuk selalu kuat dan tidak boleh menunjukkan kelemahan. Hal ini membuat ayah enggan berbagi atau mencari bantuan saat mereka merasa tertekan.
Selain itu, pria yang telah menjadi ayah punya beban ganda. Saat ini, ayah modern tidak hanya dibebani tanggung jawab finansial, tapi juga dituntut untuk terlibat aktif dalam pengasuhan anak. Beban ini, jika tanpa dukungan, bisa memicu stres.
Dengan dua hal tersebut, kebanyakan ayah akan lebih fokus pada orang lain. Bagi beberapa ayah, prioritas utamanya seringkali terpusat pada keluarga, karier, dan anak-anak. Ini membuat para ayah lupa bahwa diri sendiri juga butuh perhatian. Padahal, ayah juga manusia yang punya potensi memiliki masalah mental, sama seperti pentingnya mental health remaja.
Berikut beberapa tips sederhana yang bisa dilakukan oleh para ayah atau orang terdekat untuk mendukung kesejahteraan ayah.
Cara Jaga Mental Health Ayah yang Praktis

Menetapkan batasan kerja. Salah satu sumber stres bagi ayah adalah pekerjaan yang tak ada habisnya. Cobalah menjaga batas antara pekerjaan dan hal-hal lain seperti hubungan di rumah. Hal ini sangat penting untuk menghindari burnout. Ingat, waktu yang berkualitas bersama keluarga adalah terapi terbaik.
<encari hobi dan memiliki me-time yang disukai. Setiap ayah butuh waktu untuk dirinya sendiri, meskipun hanya 30 menit sehari. Entah itu dengan riding motor, membaca, olahraga, atau sekadar menikmati kopi di pagi hari. Berbagai kegiatan ini berfungsi sebagai katup pelepas stres.
Membuka diri atas apa yang dirasakan. Cobalah buat ruang aman untuk berbicara tanpa rasa takut dihakimi, baik bersama pasangan amupun teman.
Mental health adalah perjalanan, bukan tujuan. Jadi, mulailah perhatikan berbagai masalah mental setiap hari, tanpa menunggu momen mental health day. Dengan dukungan dan kesadaran, setiap ayah bisa menjadi sandaran yang kuat sekaligus merasa tenang dan bahagia.